Langsung ke konten utama

Analisis Cerpen Pesta Keluarga

ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN “PESTA KELUARGA” DALAM SEKUMPULAN CERPEN TAHI LALAT DI DADA ISTRI PAK LURAH KARYA M. SHOIM ANWAR
Dosen Pengampu: Dr. M Shoim Anwar, M.Pd.
Mata Kuliah: TEORI SASTRA



Oleh :
2016 B/kelompok 5
1.      Muhammad Asroril Ibad           (165200058)
2.      Rosi Anisa Putri                         (165200041)
3.      Zahrotul Widad                          (165200046)
4.      Yuliana Irene G                         (1652000100)
5.      Apolinaris Komul                       (165200062)


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA
SURABAYA
2017









KAJIAN TEORI

A. Pengertian Cerpen
Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen dipisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan (Kosasih dkk, 2004:431).
Cerpen dapat dikategorikan sebagai prosa fiksi yang menceritakan seseorang atau beberapa orang  dalam  situasi dan satu saat tertentu.  Cerpen juga disebut dengan cerita rekaan yang relatif pendek karena dapat selesai dibaca dalam satu kali pembacaan.
Pada posting kali ini, kita akan membahas unsur intrinsik dari  cerpen. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur pembangun yang ada di dalam tubuh cerpen itu sendiri. Jadi, unsur ini membangun dari dalam cerpen untuk membentuk susunan cerpen secara keseluruhan.


B. Unsur-unsur Cerpen
Cerpen mempunyai unsur-unsur yang terkandung di dalamnya, unsur-unsur tersebut adalah:
1.        Tema
Tema adalah gagasan, ide atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra. Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Dalam penyampaiannya, ada tema yang disampaikan secara tersurat dan apa pula yang tersirat.

2.        Tokoh
Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.       Tokoh protagonis :  tokoh yang membawakan perwatakan positif.
b.      Tokoh antagonis :  tokoh yang membawakan perwatakan negative.

3.        Penokohan
Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh.
Adapun cara penyajian watak tokoh adalah sebagai berikut :

a. Melalui hal yang diperbuatnya
b.  Melalui ucapan-ucapannya.
c.  Melalui penggambaran fisik tokoh
d. Melalui pikiran-pikiran tokoh
e.  Melalui penerangan (penjelasan)

4.        Alur (plot)
Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita. Berdasarkan susunan periode waktu, alur dapat dibedakan menjadi:
a.        Alur konvensional : berurutan dari awal sampai akhir
b.        Alur nonkonvensional : maju dan mundur

5.        Latar (setting)
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Ada tiga unsur pokok dalam latar yaitu latar tempat, latar waktu dan latar suasana.

6.        Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan diri pengarang pada posisi tertentu. Ada dua macam sudut pandang yang biasa dipakai yaitu :
a.    Sudut pandang orang pertama
Sudut pandang orang pertama dibedakan menjadi dua, yaitu ‘aku’ tokoh utama dan ‘aku’ tokoh tambahan.


b.    Sudut pandang orang ketiga
Sudut pandang orang ketiga dibedakan menjadi dua, yaitu orang ketiga serbatahu dan orang ketiga terbatas (sebagai pengamat).

7.        Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa (oleh pengarang) dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan yang khas bagi setiap pengarang. Gaya bahasa dapat menciptakan suasana yang berbeda-beda.

8.        Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya.dalam penyampaiannya, amanat disampaikan secara tersurat ataupun tersirat melalui individu ciptaan pengarang dalam cerita.

















PEMBAHASAN

Unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen adalah sebagai berikut:
1. Tema
Cerpen ini mengandung tema “KESIALAN”. Kesialan yang dialami oleh anggota keluarga karena kurang berhati-hati dalam melakukan sesuatu.

2. Tokoh
Tokoh dalam cerpen adalah:
1) Aku  atau Pak Rais
2) Istri Pak Rais
3) Rudi (anak pak Rais)
4) Andi (anak pak Rais)
5) Netty (anak pak Rais)
6) Pardi
7)  Markasan
8) Bagio
9) Hadi

3. Penokohan

1)  Aku  (Pak Rais)           : bertanggung jawab , baik, mudah terpengaruh.
“aku tetap mempertahankan daging itu. Tapi, hingga pukul satu siang, belum juga ada yang menanyakan…aku khawatir, jika dibiarkan akan membusuk dan baunya bisa menyebar” (Anwar, 2017: 100)
“ … tak ada pilihan lain, aku akhirnya menurut saja pada kehendak mereka” (Anwar, 2017: 101)

2) Istri pak Rais   : pandai memasak, masa bodoh.
itu apa?, aku menuding ke panic diatas kompor. “Gulai,” jawab istriku sambil mengaduk masakannya. “Wah, enak,” aku mendekat. Terlihat gulai berwarna kuning itu mendidih…” (Anwar, 2017: 102)
Tapi itu bukan milik kita,” aku menyela. “Daripada busuk dan dibuang kan lebih baik dimasak,” istriku berdalih (Anwar, 2017: 101)

4)  Alur cerita dalam cerpen ini adalah alur maju.
Yaitu alur yang peristiwanya berurutan mulai dari cerita awal hingga akhir. Dalam cerpen ini menceritakan kehidupan seorang pengemudi angkot yang kemudian mendapatkan masalah dari sebuah kantung kresek yang ditemukan di dalam angkotnya. Dan dibawah ini dijelaskan tahapan dari alur maju yang terdapat dalam cerpen:

a. Tahap pengenalan
Tahap pengenalan dimulai dari paragraph awal yang terdapat pada dalam cerpen.
“Pukul sepuluh, bagi pengemudi bemo atau mikrolet, adalah jam mati. Penumpang sudah mulai sepi. Mereka yang berangkat ke kantor, para buruh, pekerja kasar, anak-anak sekolah, serta mereka yang berbelanja ke pasar sudah pada nyampai di tempatnya. Jalanan sudah mulai agak sepi…” (Anwar, 2017:97)
Hingga pada kutipan percakapan berikut :
“Bemo yang aku kemudikan akhirnya sampai di dekat stasiun. Satu-satunya penumpang itu turun juga dan berjalan minggir ke tempat yang teduh.” (Anwar, 2017:99)

b. Tahap pemunculan konflik
Setelah tahap pengenalan, mulai muncul konflik atau permasalahan. Dalam cerpen ini munculnya permasalahan dimulai saat pak Rais menemukan kantung kresek di bawah kursi yang terdapat dalam bemo nya.
“Bu, barangnya ketinggalan!” aku memanggilnya agak keras.” (Anwar, 2017:99)
 “Ada orang mencari barangnya yang ketinggalan di bemo?” tanyaku pada teman-teman sopir di pangkalan.” (Anwar, 2017:100)
 “Aku tetap mempertahankan daging itu. Tapi, hingga pukul satu siang, belum juga ada yang menanyakan. Padahal aku sudah melewati rute dan mangkal di tempat yang sama. Aku khawatir, jika dibiarkan tentu daging itu akan membusuk dan baunya bisa menyebar….” (Anwar, 2017:100)

c. Tahap klimaks
Pada tahap klimaks masalah yang dimalami sudah mencapai pada titik puncak, seperti yang terdapat dalam kutipan berikut:
“Begini, Pak,” tamu yang cantik itu melanjutkan, “kami adalah mahasiswa kedokteran,. Sudah dua minggu kami ikut praktik di rumah sakit bagian bedah. Kami juga ingin mengadakan penelitian lebih lanjut. Tapi, Pak, eee… bahan yang akan kami teliti tadi apa tertinggal di bemo Bapak?”
Aku agak gugup. Bagaimana harus menjawabnya.
“Eee… tidak,” aku menggeleng-geleng.
“Maaf, Pak. Barangnya tidak berharga. Tapi itu sangat kami perlukan. Kami telah mengumpulkannya selama dua minggu. Ada dalam tas plastik warna putih.”
“Apa barangnya itu?” aku pura-pura bertanya.
“Begini, Pak. Banyak orang menderita penyakit dalam tubuhnya. Ada yang di bawah kulit, di otak, kandungan, rahim, payudara, usus, dan lainnya. Kami ingin meneliti penyakit itu”
“Ya ya… terus?”
“Nah, hasil operasi dari semua operasi tadi apa tertinggal di bemo Bapak?”
“Eee…,” aku terdiam beberapa lama. “Eee… daging…?”
“Bukan daging, Pak. Itu adalah tumor yang telah kami ambil.”
“Tu…tumor…?” aku meremas mulut.
“Ya, Pak, yang mirip daging dalam tas plastik putih itu adalah tumor.” (Anwar, 2017:105)

d. Tahap peleraian
Pada tahap peleraian masalah yang dialami sudah mulai menemukan solusi atau sudah tidak pada puncak ketegangan dan mulai mendapat jalan keluar. Seperti yang terdapat pada kutipan cerpen di bawah ini:
“Huuuek!” isi perutku pun menyembul keluar. Tumpah dan meluber ke lantai.
“Huuuek!” istriku kembali muntah, lalu disusul lagi oleh anak-anak.
“Haaaiiik!”
“Kreezzz!”
“Khrruuuek!”
Kami sekeluarga muntah bersamaan. Rasanya tak bisa berhenti. Semua isi perut memberontak keluar… (Anwar, 2017:106)

5. Latar
a.       Tempat :
1)      Jalan Dekat Stasiun
“Bemo yang aku kemudikan akhirnya sampai di dekat stasiun. Satu-satunya penumpang itu turun juga dan berjalan minggir ke tempat yang teduh” (Anwar, 2017: 99)
2)      Meja makan
“Hari ini suasananya seperti orang kaya. Kami makan bersama-sama di meja makan. Nasi hangat, gulai hangat, sate, dan empal tertata rapi” (Anwar, 2017: 103)
3)      Kamar mandi
“cairan warna kuning kecoklatan itu melebur di meja dan berceceran ke lantai. Kepalaku terasa pening. Terlihat neti jongkok di dekat kamar mandi” (Anwar, 2017: 106)
4)      Pangkalan bemo
“ada orang yang mencari barangnya yang ketinggalan di bemo?, tanyaku pada teman-teman sopir di pangkalan” (Anwar, 2017: 100)
5)      Ruang tamu
“… tiba-tiba ada suara orang di pintu depan. Sepertinya tamu. Aku berdiri dan menengok dari pintu tengah. Ternyata ada tamu beneran. Cepat-cepat aku mengusap mulut sambil mempercepat kunyahan di mulut. “ Mari masuk, mbak” aku mempersilahkan sang tamu.” (Anwar 2017: 104)

b.      Waktu :
1)      Pukul 10.00 pagi
“pukul sepuluh, bagi pengemudi bemo atau mikrolet adalah jam mati” (Anwar, 2017:97)
2)      Siang hari
“Tambah siang udara makin panas dan berdebu” (Anwar, 2017: 98)
“aku tetap mempertahankan daging itu. Tapi, hingga pukul satu siang, belum juga ada yang menanyakan” (Anwar, 2017: 100)
3)      Sore hari
“sore itu tidak seperti biasanya, kami makan lebih awal” (Anwar, 2017: 103)
c.       Suasana :
1)      Tegang
“Aku agak gugup. Bagaimana harus menjawabnya”
“Maaf , pak. Barangnya tidak berharga. Tapi itu sangat kami perlukan. Kami telah mengumpulkannya selama dua minggu. Ada dalam tas plastic warna putih” (Anwar, 2017: 105)
2)      Gembira
“… Wajahnya tampak berbinar-binar. Maklum, kami sangat jarang makan daging karena mahal…” (Anwar, 2017: 101)
“mereka tampak gembira dengan daging itu…” (Anwar, 2017: 101)
3)      Sepi
“Jalanan sudah mulai agak sepi, kemacetan juga telah terurai” (Anwar, 2017: 97)

6.      Sudut pandang
Sudut pandang dalam cerpen ini adalah sudut pandang orang pertama yakni “aku” sebagai tokoh utama.

7.      Gaya bahasa
Dalam cerpen ini terdapat gaya bahasa sehari-hari yang mudah difahami. Dan juga didalamnya terdapat majas personifikasi. Seperti yang terdapat pada kutipan dibawah ini:
“mereka menuding-nuding, jarinya meloncat-loncat secara bergantian” (Anwar,2017 :103)

8.      Amanat
1)      Dalam melakukan sebuah tindakan sebelumnya haruslah diteliti dan diperhatikan terlebih dahulu.
2)      Jika kita menemukan sesuatu yang bukan milik kita, sebaiknya kita menyimpan dan menjaganya terlebih dahulu.




DAFTAR PUSTAKA


Anwar, M. Shoim. 2017. Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah. Lamongan:
Pustaka Ilalang.
Sugeng. 2016. ”Unsur Intrinsik”. dalamhttp://www.pelajaranku.net/2016/05/8-Unsur-Intrinsik-Cerpen-dan-Penjabaran-Lengkap.html (diakses pada tanggal 16 Maret 2017)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BATIK PAMILUTO GRESIK

BATIK PAMILUTO KHAS GRESIK Motik Batik Pamiluto Batik motif pamiluto berasal dari kata bahasa jawa yaitu “pulut” yang berarti perekat dan menimbulkan daya tarik. Motif ini merupakan gabungan yang khas dari Kabupaten Gresik dari berbagai aspek. Seperti aspek perdagangan yaitu Kabupaten Gresik sebagai kota industri ditampilkan gambar aktivitas pabrik. Aspek Sejarah dan Budaya ada dua gapura makam walisongo yaitu Sunan Giri dan Maulana Malik Ibrahim. Aspek Ekonomi diwujudkan dalam gambar hasil perikanan dan kelautan ungglan Kabupaten Gresik yaitu ikan bandeng dan kepiting beserta kapal rakyat. Makanan khas Gresik yaitu pudak. Aspek Kesenian yaitu Damar Kurung dan hewan khas Kabupaten Gresik yaitu Rusa Bawean. Aneka motif yang seolah-olah direkatkan satu sama lain dan mempunyai makna fiosofi penggabungan yang khas dari berbagai unsur di Kabupaten Gresik. Motif Pamiluto juga mengandung unsur kepemilikan jiwa nasionalisme yang tergambar dari motifnya, seperti ornamen sisik, kawun

Teori Analisis Struktural Puisi

ANALISIS STRUKTURAL PUISI Dosen Pengampu: M Shoim Anwar, M.Pd. Mata Kuliah: TEORI SASTRA Oleh : 2016 B/kelompok 5 1.       Rosi Anisa Putri                    (165200041) 2.       Zahrotul Widad                     (165200046) 3.       Muhammad Asroril Ibad       (165200058) 4.       Apolinaris Komul                  (165200062) 5.       Yuliana Irene G                     (1652000100) PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2017 ANALISIS STRUKTURAL PUISI Analisis struktural puisi adalah analisis puisi ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya bahwa setiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur. Analisis struktural meliputi, struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik ( surface structure )  terdiri dari perwajah